Kisah Adzan Terakhir Billal Bin Rabah ( Adzan Yang Tak Pernah Terselesaikan )

Adzan Terakhir Billal Bin Rabah
Jangan Lupa Hidupkan Notifikasi
Di Paling Bawah Agar Kalian Bisa Tahu Kapan Saya Upload
Cara Subscribe/Hidupkan Notifikasi
1.Kalian Scrool Ke Bawah
2.Kalian Cari Tulisan Subscribe Our Newsletter
3.Masukan Email Kalian Di BawahNya
4.Pencet Subscribe Di Samping Kanan
5.Kalian Tinggal Ikuti Langkah"Nya
Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah (Adzan Yang Tak Pernah Terselesaikan)
Bilal bin Rabah adalah seorang pejantan berkulit hitam dari Habsyah yang masuk Islam kompilasi masih diperbudak. Setelah mempekerjakannya mengetahui bahwa Bilal masuk Islam, maka Bilal disiksa terus menerus setiap pertemuan, guna menyetujui keyakinannya agar tidak memeluk Islam. Bilal yang memiliki postur tinggi dan tinggi dengan rambut yang tebal lebih tinggi dari bangsawan. Pada saat itu, Abu Bakar yang membeli Bilal saat masih berstatus budak dan membelinya.
Saat Rasulullah SAW hijrah menuju Madinah, Bilal senantiasa menemani dan mengenakan Rasullulah kemana pun. Bilal kemudian dipilih oleh Rasulullah SAW menjadi muadzin atau orang pertama yang mengumandangkan adzan. Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah SAW bersabda, “Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muadzin dan mengikutinya sebagai para muadzin. Para muadzin adalah orang-orang yang panjang lehernya di hari kiamat. ”Bilal memilih menjadi muadzin pertama karena Bilal memiliki suara yang indah dan keras.
Tak hanya menjadi muadzin pertama, Bilal pun memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Rasulullah SAW. Bahkan suara langkah kaki Bilal pun terdengar sampai ke surga. Saat itu, Rasulullah SAW mendengar suara sandal Bilal saat Rasulullah SAW pergi di surga pada malam Isra Mi'raj.
Dikisahkan bahwa selat salat subuh berjamaah, Rasulullah SAW mengundang Bilal dan bertanya, “Katakanlah kepadaku, apa amalanmu yang paling besar pahalanya yang kamu kerjakan dalam Islam? Karena sesungguhnya aku berbicara, hentakkan sandalmu di surga. "Kemudian Bilal pun menjawab," Setiap aku berwudhu, kapanpun itu, baik siang maupun malam, aku bisa melakukan salat dengan wudhu tersebut. "
dari Abu Hurairah RA, beliau RA mengatakan, “Rasulullah SAW bersabda kepada Bilal setelah menunaikan salat subuh, 'Wahai Bilal, beritahukanlah tentang tindakan-perbuatanmu yang paling menguntungkan manfaatnya dalam Islam. Karena sebenarnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga. ' Bilal RA menjawab, 'Tidak ada satu tindakan pun yang pernah saya lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harap saya lawan) melakukan saya yang senantiasa melakukan salat (sunah) yang dapat saya bantu selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna di hari hari Atau malam. "(HR. Muslim)
Pada bulan Dzul Qa'dah tahun 10 H, mulailah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama kali terakhir dalam kehidupan beliau. Yang kemudian dicatat sejarah dengan istilah haji wada '. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru kaum muslimin dari berebagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya. Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu lebih dari 100.000 orang bahkan lebih. Setelah menunaikan haji wada '(perpisahan) kondisi kesehatan Nabi mulai memburuk. Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal, tahun 11 H atau 8 Juni 632 M. Nabi Muhammad SAW meninggal dunia pada usia 63 tahun, lebih dari 4 hari.
Saat jasad Rasulullah SAW mengundang dimakamkan, Bilal bin Rabah berdiri untuk mengumandangkan azan. Tiba di lafazh asyhadu anna Muhammad rasuulullah ('Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah'), suaranya terbata-bata. Sebuah laporan mengutip, Bilal bin Rabah semenjak wafatnya Rasulullah SAW hanya dapat melakukan azan tiga hari. Sebab, setiap sampai pada lafazh “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”, ia selalu tersungkur dan menangis, Semenjak dipahami Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi.
Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu'adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi. ”
Abu Bakar terus-menerus memintanya, dan Bilal pun bertanya: Apakah kau melepaskanmu karena dirimu sendiri apa karena Allah ?. ”
Abu Bakar hanya terdiam. "Jika kau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. "Ya Abu Bakar pun tak bisa lagi meminta Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan."
Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Muhammad SAW, terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Suriah. Lama Bilal membawa Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Muhammad SAW. hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa '? Hai Bilal, kenapa kau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini ?. ”Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi Muhammad SAW. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Madinnah.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepaskan rasa rindunya pada Nabi Muhammad SAW, pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Berhasil adalah cucunya Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw. Salah satu dari mengatakan berkata kepada Bilal: “Paman, maukah diundang sekali lagi mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami. ”Saat itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga melihat pemandangan mengharukan itu, dan dia juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meskipun sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik di tempat biasa dia adzan di masa Nabi Muhammad SAW masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, semua kegiatan terhenti, semua terkejut, suara yang telah diperoleh tahun-tahun yang hilang, suara yang diputuskan pada baju nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu sudah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata "Asyhadu an laa ilaha illallah", seluruh kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari menari, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup dikembalikan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, madinah mengenang masa masih ada Nabi Saw. Tidak ada pribadi yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra. semenjak Nabi Saw. wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik mengenang seseorang yang percaya derajatnya terangkat begitu tinggi.
Jika hati sobat terketuk kompilasi membaca kisah ini maka di hati sobat juga menyayangi Nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa bertemu dengan Nabi di akhirat sebagai umat beragama.

Rate this article

Getting Info...

Copyright ©Liputan 9 - All rights reserved.

Redesign by bloggun.xyz
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
More Details